Humanistik
Psikologi humanistik dianggap sebagai revolusi
ketiga dalam psikologi. Pada behaviorisme dan psikoanalisa. Pada behaviorisme
manusia hanyalah masin yang dibentuk lingkungannya, manusia sebagai robot tanpa
juwa dan tanpa nilai. Pada psikoanalisa manusia dipengaruhi oleh naluri
primitifnya. Keduanya tidak menghormati manusia sebagai manusia.
Pendekatan ini menekankan bahwa masing-masing
individu memiliki kemerdekaan yang besar untuk mengarahkan masa depannya,
kapasitas yang luas untuk mengembangkan pribadi, nilai intrinsik dan potensinya
yang sangat besar untuk emenuhan diri (self-fulfillment).
Fenomenologi memandang manusia, manusia hidup dalam
‘dunia kehidupan’ yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap
orang mengalami dunia dengan caranya sendiri; alam pengalaman setiap orang
berbeda dari alam pengalaman orang lain.
Perhatian pada makna kehidupan adalah juga hal yang
membedakan psikologi humanistik dari mahzab yang lain. Manusia bukan saja pelakon
dalam panggung masyarakat, bukan saja pencari identitas, tetapi juga pencari
makna. Terkadang manusia sering bertanya; apakah hidupnya bermakna?
Manusia bukan sekedar mekanisme atau hasil proses
pelaziman, manusia adalah wujud yang selalu mencari makna, dia bahwa hatinya
selalu resah sebelum menemukan makna dalam hidupnya. Menurut Franki
asumsi-asumsi psikologi humanistik; keunikan manusia, pentingnya nilai dan
makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya.
Terkait dengan pandangan Rogers mengenai seseorang yang berfungsi
penuh adalah teori yang dikemukakan oeh Abraham Maslow (1962) yang menekankan
aktualisasi diri, pencapaian maksimal dari potensi perkembangan psikologi
seseorang. Sebelum mencapai aktualisasi diri, individu perlu melewati tahap
pemenuhan:
·
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
·
Kebutuhan-kebutuhan rasa aman (the safety needs/the security needs)
·
Kebutuhan rasa cinta dan memiliki (the love and belongingness needs)
· Kebutuhan
akan penghargaan (the self-esteem needs)
·
Kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dikatakan berhierarki
karena kebutuhan yang lebih tinggi menuntut dipenuhi apabila kebutuhan yang
tingkatnya lebih rendah sudah terpenuhi.
Behavioristik
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi
yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa
perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan
aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang
cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang
menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga
psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata
sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang
perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan
penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism.
Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang
masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses
mental. Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang
dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa
ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia
akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan
sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan
yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya
pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret
dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti
sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh
kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif.
Menurut beberapa ahli Behaviorisme, kesadaran tidak
dapat diobservasi secara langsung. Untuk menjelaskan tentang manusia, mereka
menolak metode introspeksi karena tidak di peroleh data yang objektif.
Penelitian Thorndike terhadap tingkah laku binatang
mencerminkan prinsip dasar proses belajar yang dianut oleh Thorndike, yaitu
bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi. Suatu stimulus (S) akan menimbulka
suatu respon (R) tertentu. Teori ini disebut teori Stimulus-Response (S-R).
Dalam teori S-R dikatakan bahwa dalam prose belajar, pertama kali organisme
dengan cara coba-dan-salah (trial and error). Apabila organisme menghadapi
masalah, maka organisme itu akan bertingkah laku untuk memecahkan masalah itu.
Apabila kebetulan tingkah laku itu dapat memecahkan masalah, maka berdasarkan
pengalaman itulah bila timbul masalah serupa organism sudah mengetahui tingkah
laku mana yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut.
Berdasarkan teori Skinner dari percobaannya yang
disebut kondisioning operant terdapat dua prinsip umum yang berkaitan dengan
kondisioning operant, yaitu: setiap respon yang diikuti oleh reward à ini
bekerja reinforcement stimuli à akan cenderung diulangi. Reward dan
reinforcement stimuli akan meningkatkan terjadinya respons.
Dengan kata lain reward merupakan sesuatu yang
meningkatkan probalitas timbulnya respon. Dalam kondisioning operan tertekan
pada respon atau prilaku konsekuensinya. Dalam kondisioning operan organisme
harus membuat respon sedemikian rupa untuk memperoleh reinforcement yang
merupakan reinforcement stimuli. Disini letak perbedaan pokok antara
kondisioning klasik dengan kondisioning operan. Pada kondisioning klasik
organisme tidak perlu membuat aktivitas untuk membuat reward atau
reinforcement.
Psikoanalisa
Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi
negatif, alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini
juga mengabaikan potensi yang dimiliki oleh manusia, selain itu juga
berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang berkeinginan (homo volens).Dalam
pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun
yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya.
Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari.
Pandangan kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada
kita sisi yang sakit dari kodrat manusia, karana hanya berpusat pada tingkah
laku yang neuritis dan psikotis. Aliran ini mempelajari kepribadian yang
terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang sehat; atau kebribadian yang
paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik. Jadi, aliran ini
memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan manusia dianggap sebagai
korban dari tekanan-tekanan biologis dan
konflik masa kanak-kanak.
Aliran ini menyatakan bahwa struktur dasar
kepribadian manusia sudah terbentuk pada usia lima tahun. Freud membagi
struktur kepribadian dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku
seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Id
merupakan sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif
yang menggerakkan tingkah laku. Id berorientasi pada prinsip kesenangan. Ego
sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada
prinsip realitas. Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait
dengan norma di masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Superego
berfungsi untuk merintangi dorongan id, terutama dorongan seksual dan sifat
agresif, juga mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan
moralistik, serta mengejar kesempurnaan.
Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah
pada tujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari
kenikmatan. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku
neurosis. Latihan pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada
perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku.
Sumber:
Halgin, Richard P., Whitbourne, Susan Krauss.
(2009).
Basuki, Heru A.M. (2008). Psikologi Umum. Jakarta:
Universitas Gunadarma.
http://gracethelovers.blogspot.com/2012/04/kepribadian-sehat-menurut-humanistik.html