Senin, 08 Juli 2013

Kaitan Abnormalitas dengan Konsep Motivasi, Stress dan Gender

Abnormalitas dapat didefinisikan sebagai suatu ketidaknormalan yang dilihat oleh seorang yang normal. Atau dalam kata lain, abnormalitas merupakan suatu keanehan yang terjadi di lingkungan orang-orang normal. Abnormalitas dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ketika kita melihat seseorang dengan gangguan jiwa. Mengapa kita menganggapnya sebagai suatu yang abnormal? Karena kita merasa diri kita tidak melakukan atau bertindak seperti yang mereka lakukan.

Keterkaitan Abnormalitas dengan Konsep Motivasi
Konsep motivasi merupakan konsep yang dimiliki setiap individu. Konsep motivasi ini berarti suatu konsep dalam diri yang berupa dorongan untuk melakukan suatu tindakan. Hubungan antara abnormalitas itu sendiri dengan konsep motivasi sebenarnya tergantung pada sudut pandang yang kita pilih untuk menjelaskannya. Abnormalitas seseorang bisa saja mempengaruhi konsep motivasinya. Seorang yang abnormal berarti memiliki suatu kelainan di mata masyarakat umum. Kelainan ini membuat dirinya tidak dapat berfungsi secara optimal atau dikatakan “tidak sehat”. Seseorang yang tidak sehat tentu saja tidak mampu memenuhi tuntutan lingkungan atau tuntutan hidup, misalnya memenuhi kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan atas penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri seperti yang diungkapkan dalam hirarki kebutuhan Maslow. Sedangkan kelima kebutuhan tersebut berkaitan erat dengan motivasi individu dalam kehidupan. Maka, seorang yang abnormal  dapat dikatakan memiliki konsep motivasi yang menyimpang dari apa yang dialami oleh seorang yang normal. Bahkan bisa saja konsep motivasi dirinya tidak lagi berkiblat pada hal-hal yang positif, dan malah menjurus pada hal-hal yang merugikan dirinya sendiri.

Keterkaitan Abormalitas dengan Stress
Seseorang yang mengalami abnormalitas dapat disebabkan oleh stress, dan sebaliknya stress dapat disebabkan oleh abnormalitas. Hal ini berkaitan dengan penyebab sosiokultural. Seseorang bisa saja mengalami abnormalitas, seperti trauma atau depresi karena sebelumnya mengalami stress yang berkepanjangan. Saat dia mengalami tekanan dalam dirinya atau dihadapkan pada suatu tekanan dari lingkungan sosialnya dan tidak bisa menghadapi atau mengontrol dirinya, maka hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya abnormalitas seperti depresi atau skizofrenia. Sebaliknya, seseorang yang memang abnormal yang membuatnya tidak diterima di lingkungannya atau disisihkan menyebabkan ia mengalami stress dan pada akhirnya mungkin saja menambah dan memperparah abnormalitas orang tersebut.

Keterkaitan Abnormalitas dengan Gender
Banyak sekali kasus-kasus abnormalitas yang kita temui atau kita ketahui. Faktanya, kasus abnormalitas tersebut banyak terjadi pada kaum pria. Misalnya saja ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder), menurut penelitian Breton yang dilakukan pada 1999, ADHD lebih banyak dialami oleh anak laki-laki dari pada perempuan, dengan estimasi 2-4% untuk anak perempuan dan 6-9% untuk anak laki-laki usia 6-12 tahun. Selanjutnya Asperger Syndrome yang merupakan gejala autisme, Berdasarkan perkiraan yang dikutip situs webmd.com, sindrom ini dialami oleh 0,024 hingga 0,36 persen dari anak-anak. Gangguan ini lebih umum dialami laki-laki dibandingkan perempuan dan biasanya terdiagnosis saat anak berusia antara dua dan enam tahun. Berdasarkan fakta-fakta tersebut umumnya laki-laki lebih banyak mengalami abnormalitas dibanding wanita. Hal ini dapat dijelaskan secara biologis, dimana terdapat perbedaan kromosom dan susunan genetik antara laki-laki dan perempuan yang memungkinkan laki-laki lebih banyak mewarisi abnormalitas secara genetik dibandingkan dengan perempuan. Selain itu kasus lain adalah mengenai bunuh diri yang banyak terjadi, tidak hanya di negara berkembang namun juga di negara-negara maju seperti Amerika. Faktanya lebih banyak pria mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dibandingkan dengan wanita. Jika dijelaskan dengan pendekatan sosiokultural, tuntutan lingkungan/masyarakat terhadap seorang pria jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Hal ini mengakibatkan banyak pria merasa gagal untuk memenuhi tuntutan tersebut dan mengalami depresi yang berujung pada bunuh diri. 

sumber:
http://andyinis-journal.blogspot.com/2013/06/keterkaitan-abnormalitas-dengan-konsep.html