Abnormalitas dapat
didefinisikan sebagai suatu ketidaknormalan yang dilihat oleh seorang yang
normal. Atau dalam kata lain, abnormalitas merupakan suatu keanehan yang
terjadi di lingkungan orang-orang normal. Abnormalitas dapat kita temui dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya ketika kita melihat seseorang dengan gangguan
jiwa. Mengapa kita menganggapnya sebagai suatu yang abnormal? Karena kita
merasa diri kita tidak melakukan atau bertindak seperti yang mereka lakukan.
Keterkaitan Abnormalitas dengan Konsep Motivasi
Konsep motivasi
merupakan konsep yang dimiliki setiap individu. Konsep motivasi ini berarti
suatu konsep dalam diri yang berupa dorongan untuk melakukan suatu tindakan.
Hubungan antara abnormalitas itu sendiri dengan konsep motivasi sebenarnya
tergantung pada sudut pandang yang kita pilih untuk menjelaskannya.
Abnormalitas seseorang bisa saja mempengaruhi konsep motivasinya. Seorang yang
abnormal berarti memiliki suatu kelainan di mata masyarakat umum. Kelainan ini
membuat dirinya tidak dapat berfungsi secara optimal atau dikatakan “tidak
sehat”. Seseorang yang tidak sehat tentu saja tidak mampu memenuhi tuntutan
lingkungan atau tuntutan hidup, misalnya memenuhi kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan atas
penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri seperti yang diungkapkan dalam
hirarki kebutuhan Maslow. Sedangkan kelima kebutuhan tersebut berkaitan erat
dengan motivasi individu dalam kehidupan. Maka, seorang yang abnormal dapat dikatakan memiliki konsep motivasi yang
menyimpang dari apa yang dialami oleh seorang yang normal. Bahkan bisa saja
konsep motivasi dirinya tidak lagi berkiblat pada hal-hal yang positif, dan
malah menjurus pada hal-hal yang merugikan dirinya sendiri.
Keterkaitan Abormalitas dengan Stress
Seseorang yang
mengalami abnormalitas dapat disebabkan oleh stress, dan sebaliknya stress
dapat disebabkan oleh abnormalitas. Hal ini berkaitan dengan penyebab
sosiokultural. Seseorang bisa saja mengalami abnormalitas, seperti trauma atau
depresi karena sebelumnya mengalami stress
yang berkepanjangan. Saat dia mengalami tekanan dalam dirinya atau dihadapkan
pada suatu tekanan dari lingkungan sosialnya dan tidak bisa menghadapi atau
mengontrol dirinya, maka hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
abnormalitas seperti depresi atau skizofrenia. Sebaliknya, seseorang yang
memang abnormal yang membuatnya tidak diterima di lingkungannya atau disisihkan
menyebabkan ia mengalami stress dan
pada akhirnya mungkin saja menambah dan memperparah abnormalitas orang
tersebut.
Keterkaitan Abnormalitas dengan Gender
Banyak sekali
kasus-kasus abnormalitas yang kita temui atau kita ketahui. Faktanya, kasus
abnormalitas tersebut banyak terjadi pada kaum pria. Misalnya saja ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder),
menurut penelitian Breton yang dilakukan pada 1999, ADHD lebih banyak dialami
oleh anak laki-laki dari pada perempuan, dengan estimasi 2-4% untuk anak
perempuan dan 6-9% untuk anak laki-laki usia 6-12 tahun. Selanjutnya Asperger
Syndrome yang merupakan gejala autisme, Berdasarkan perkiraan yang dikutip situs
webmd.com, sindrom ini dialami oleh
0,024 hingga 0,36 persen dari anak-anak. Gangguan ini lebih umum dialami
laki-laki dibandingkan perempuan dan biasanya terdiagnosis saat anak berusia
antara dua dan enam tahun. Berdasarkan fakta-fakta tersebut umumnya laki-laki
lebih banyak mengalami abnormalitas dibanding wanita. Hal ini dapat dijelaskan
secara biologis, dimana terdapat perbedaan kromosom dan susunan genetik antara
laki-laki dan perempuan yang memungkinkan laki-laki lebih banyak mewarisi
abnormalitas secara genetik dibandingkan dengan perempuan. Selain itu kasus
lain adalah mengenai bunuh diri yang banyak terjadi, tidak hanya di negara
berkembang namun juga di negara-negara maju seperti Amerika. Faktanya lebih
banyak pria mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dibandingkan dengan wanita.
Jika dijelaskan dengan pendekatan sosiokultural, tuntutan lingkungan/masyarakat
terhadap seorang pria jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Hal ini
mengakibatkan banyak pria merasa gagal untuk memenuhi tuntutan tersebut dan
mengalami depresi yang berujung pada bunuh diri.
sumber:
http://andyinis-journal.blogspot.com/2013/06/keterkaitan-abnormalitas-dengan-konsep.html